KONSULTAN BABY SHOP
MAHIR, +62 813 – 9864 – 6177, Negosiasi AS-China Masih Buntu, Harga Minyak Brent Melemah
Konsultan, Konsultan Ritel, Manajemen Konsultan Indonesia, Konsultan Bisnis Ritel, Usaha Diera Digital, Strategi Bisnis Di Era Digital, Bisnis Di Era Digital, Konsultan Bisnis di Sidoarjo, Konsultan Bisnis di Surabaya, Konsultan Bisnis di Malang, Bisnis Jakarta 2018, Konsultan Bisnis Jakarta, Bisnis di Jakarta, Konsultan Manajemen Jakarta, Manajemen Bisnis Jakarta, Konsultan Manajemen di Jakarta
Negosiasi AS-China Masih Buntu, Harga
Minyak Brent Melemah - Harga minyak mentah berjangka Brent
melemah sepanjang pekan lalu. Pelemahan disebabkan oleh minimnya progres
pembahasan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Selain itu, menurunnya kinerja perindustrian di Jerman dan AS juga memantik
kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan Permintaan minyak global.
Dilansir dari Reuters, Senin (25/3), harga
minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan Jumat (22/3) lalu ditutup di
level US$67,3 per barel atau merosot sekitar 0,2 persen sepanjang pekan lalu.
Pada perdagangan Kamis (21/3), harga Brent sempat menyentuh level tertingginya
dalam empat bulan terakhir US$68,69.
Sejak awal Januari 2019, harga Brent telah
menguat lebih dari 20 persen. Penguatan disebabkan oleh kebijakan pemangkasan
produksi yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan
sekutunya, termasuk Rusia. Selain itu, penguatan juga dipicu oleh pengenaan
sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.
Sementara itu, harga minyak mentah
berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sepanjang pekan lalu tercatat
menguat 0,8 persen menjadi US$59,04 per barel. Sama dengan Brent, WTI menyentuh
level tertingginya untuk tahun ini pada perdagangan Kamis (21/3), di level
US$60,39 per barel.
Pada Jumat (22/3) lalu, indeks utama Wall
Street melemah di kisaran 1 hingga 2 persen setelah data manufaktur (PMI) untuk
Maret 2019 menunjukkan kinerja buruk di Eropa, Jepang, dan AS. Sejumlah survei
menyimpulkan tensi perdagangan telah mempengaruhi output pabrik dan memupus
harapan akan membaiknya laju pertumbuhan ekonomi global.
Kunjungi : konsultanbisnis.id
"Data PMI di Jerman dan Perancis yang
mengecewakan hari ini (Jumat (22/3)) telah memicu kenaikan dolar AS dan di saat
bersamaan juga menekan selera global akan risiko," ujar Pimpinan
Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.
Nilai tukar dolar AS terhadap euro
merangkak ke level tertingginya untuk lebih dari sepekan pada perdagangan Jumat
(22/3) lalu. Penguatan dolar membuat harga minyak menjadi reltif lebih mahal
bagi pemegang mata uang lain.
"Fakta bahwa faktor-faktor makro ini
mampu mengimbangi dampak laporan Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA)
yang bersifat mendongkrak harga (bullish) membuktikan kerapuhan kenaikan harga
minyak pada tiga bulan terakhir," ujar Ritterbusch.
Pada Rabu (20/3) lalu, data EIA
menunjukkan persediaan minyak mentah AS merosot 10 juta barel pada pekan
sebelumnya. Penurunan yang dipicu oleh kuatnya ekspor dan permintaan kilang
tersebut merupakan yang terbanyak sejak Juli 2018.
Di tengah perlambatan eksonomi di Asia,
Eropa, dan Amerika Utara yang berpotensi menekan konsumsi bahan bakar, tidak
ada progres yang signifikan pada pembahasan perdagangan antara AS dan China.
Perwakilan kedua negara dijadwalkan bertemu pada 28-29 Maret 2019.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan
sebuah stasiun televisi Jumat (22/3) lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan
negosiasi perdagangan antara AS dan China terus mencatat kemajuan dan
kesepakatan akhir mungkin tercapai.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan tiga
dari empat perusahaan Jepang memperkirakan friksi perdagangan AS-China akan
terjadi setidaknya sampai akhir tahun.
Lonjakan produksi lebih dari 2 juta barel
per hari (bph) pada produksi minyak mentah AS sejak awal 2018 telah membuah AS
sebagai negara produsen minyak mentah terbesar dunia di level 12,1 juta bph.
Produksi AS mengungguli Rusia dan Arab Saudi.
Kondisi tersebut mendongrak ekspor minyak
AS. Tahun lalu, ekspor minyak AS telah melonjak dua kali lipat menjadi lebih
dari 3 juta bph. Badan Energi Internasional (EIA) memperkirakan AS menjadi
negara net eksportir minyak mentah pada 2021.
Pekan lalu, perusahaan energi AS
mengurangi jumlah rig yang beroperasi untuk lima pekan berturut-turut. Sebanyak
sembilan rig minyan dipangkas sehingga jumlah rig berada di level terendahnya
untuk hampir setahun terakhir. Penurunan terjadi seiring produsen independen
menjalankan rencana untuk mengurangi belanja seiring pemerintah AS yang
memangkas proyeksi produksi minyak shale.
Sumber : CNN INDONESIA
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis
toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko
Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala
Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas,
Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran,
Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop,
Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis
Industri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar